Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Pelatihan Kurikulum 2013

Penutupan Pelatihan kurikulum 2013 di SMA TAZKIA MALANG

Prosesi Wisuda Yayasan

Prosesi wisuda siswa dalam satu yayasan AL-HIKMAH BULULAWANG TAHUN 2018

Senin, 05 September 2022

REFLEKSI PEMBELAJARAN TERHADAP ANAK ISTIMEWA



Senin, 5 September 2022  Refleksi Pembelajaran Matematika di SMAS Islam Al-Hikmah Bululawang oleh Mukhsinatul Badriyah, S.Si. 

Sekolah saya terdiri dari anak pondok dan bukan yang memiliki input yang luar biasa atau istimewa melainkan input murid beragam, yang tentunya memiliki kemampuan dan karakter yang beragam pula. Ada yang pendiam, pemalu, kurang percaya diri, bernalar kritis, kreatif, lambat berpikir, dll. Perbedaan tersebut menjadi hal yang istimewa dan unik bagi saya. 

Dengan keunikan yang mereka miliki,  mereka harus dituntun untuk berbaur dan saling menerima satu sama lain. Dan menganggap bahwa perbedaan adalah hal yang unik dan istimewa dalam diri murid. 

Pengalaman saya pada saat pembelajaran matematika, dalam pembelajaran itu saya upayakan diskusi dengan membagi kelompok secara acak dengan cara berhitung dalam penentuan kelompok, Dari diskusi tersebut, saya bisa mengetahui kemampuan dan karakter murid, Setelah diamati antara kelompok tersebut memiliki hasil yang berbeda. dari sini saya mendapatkan pembelajaran bahwa guru harus memahami betul kebutuhan siswa yang beragam. Apalagi dalam kelompok tersebut ada anak yang berkebutuhan khusus atau bisa juga dikatakan anak yang istimewa maksudnya anak yang tidak bisa berpikir cepat lalu kalau tidak diikutkan diskusi, si anak tersebut akan takut dan bingung karena tidak memiliki kelompok. Karena pembelajaran dengan pendekatan diskusi ini, bisa membuat anak aktif, percaya diri, bernalar kritis, berkolaborasi dengan teman, saling menghargai, kerja sama, dll. 

Dalam pembelajaran matematika ini, tentunya banyaklah tantangan yang saya hadapi salah satunya adalah terhadap anak yang berkebutuhan khusus atau bisa dikatakan anak yang berpikir lambat atau anak yang istimewa namanya si Ayu. Sebab si anak ini tidak bisa menerima pembelajaran secara cepat, karena dalam memahami pembelajaran itu membutuhkan waktu yang cukup banyak. Maka dari itu solusinya saya mencoba memberikan tambahan belajar tersendiri terhadap anak tersebut dan mengulang-ulang pembelajaran sampai si anak paham, karena si anak tersebut butuh perhatian extra dari saya. Sempat terbesit dalam hati kita sebagai guru merasa kesal dan jengkel, kenapa sudah beberapa kali diajari masih tetap tidak bisa, lalu rasa jengkel dan kesal saya hilangkan, saya buat diri saya selalu senang dan ikhlas menyampaikan ilmu saya terhadap siapa pun, karena kita sebagai guru itu harus menuntun anak menjadi lebih baik dan mencapai tujuan pembelajaran yaitu menciptakan keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya seperti sesuai dengan Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara. Dan belum lagi ada anak yang kurang paham terhadap materi yang dibahas, maka dari itu kita sebagai guru harus bisa mengetahui kebutuhan belajar anak. Bagaimana kesiapan belajarnya, minat belajar anak, dan juga gaya belajar atau profil belajar anak. Jadu solusi terbaik menurut saya karena beragamnya kebutuhan belajar anak, maka kita sebagai guru bisa juga menerapkan Pembelajaran Berdiferensiasi, karena pembelajaran ini mengakomodir kebutuhan belajar murid yang beragam. 

Selain itu pengalaman untuk memvariasikan pengelompokan siswa dengan berbagai model cooperative learning secara heterogen sesuai dengan kemampuan siswa. Dengan ini bisa menjadikan mereka aktif, kreatif, dan menyenangkan. Di samping itu juga ditunjang dengan minat belajar siswa yang penuh semangat. Agar pembelajaran yang diharapkan tercapai dan sukses. Serta jadilah guru idaman yang selalu bisa menaklukan tantangan dan bisa membuat pembelajaran menyenangkan. Sehingga meskipun dengan beragamnya kebutuhan belajar anak, si guru ini bisa sukses menaklukannya. Semangat tanpa batas demi mendidik anak bangsa. 


Kamis, 16 Juni 2022

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.1 DENGAN MODUL 1.2

 


Model Refleksi yang digunakan dalam mengaitkan modul 1.1 dengan modul 1.2 menggunakan model 4P yaitu peristiwa, perasaan, pembelajaran, dan penerapan. 



1. Peristiwa 

Momen yang paling penting dan mencerahkan saya adalah 

a. Mempelajari modul 1.1 Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah sebagai acuan pendidik sedangkan modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak. 

b. Memahami Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara di mana seorang pendidik bertindak sebagai Among yang bertugas menuntun murid dan pernyataan beliau mengenai menghamba pada anak. 

c. Menganalisis masing-masing nilai dan peran guru penggerak yang berkaitan dengan Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara beserta penerapannya baik di kelas maupun sekolah. 



Momen yang paling menantang pada saya pada saat melakukan aksi nyata yang menerapkan Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara. Dan mengerjakan tugas ada batas waktu tertentu, misalnya pada saat ruang kolaborasi yang hanya sehari dalam diskusi dengan rekan CGP. 



Kaitan antara modul 1.1 dan 1.2 yang saya pahami adalah menurut modul 1.1 bahwa Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara mengenai pendidikan yang menghamba pada anak di mana pendidikan haruslah berorientasi pada tumbuh kembang anak sesuai minat dan bakatnya, sedangkan jika dilihat dari modul 1.2 Nilai berpihak pada murid dan perannya menjadi pemimpin pembelajaran. 



2. Perasaan 

Saat momen itu terjadi, saya merasa seperti bagaikan secangkir kopi yang di dalamnya ada rasa manis dan sedikit pahit. Rasa pahit merupakan tantangan/hambatan /kendala yang dihadapi yang akan saya kendalikan atau perangi sedangkan rasa manisnya itu adalah ilmu atau pengalaman berharga yang saya dapatkan dari Pendidikan Guru Penggerak, saya merasa bersyukur dan bahagia dengan kesempatan belajar sebagai seorang pendidik yang masih minim pengalaman, saya harus banyak belajar untuk membenahi diri, saya merasa tergugah untuk mengimplementasikan ilmu dari setiap materi serta memotivasi saya untuk mempraktekkan dan berbagi. 



3. Pembelajaran 

Sebelum momen tersebut terjadi, saya berpikir bahwa 

a. Saya adalah seorang guru biasa yang memilih Orientasi bahwa pembelajaran yang baik adalah murid yang hanya duduk, diam, mendengarkan, dan guru sebagai satu-satunya pusat pembelajaran. 

b. Saya selalu mengedepankan penilaian ranah kognitif dan KKM harus tercapai. 

c. Saya tidak pernah merefleksikan apa yang saya kerjakan dalam Pembelajaran. 

d. Saya kurang berkolaborasi dengan teman sejawat. 



Sekarang saya berpikir bahwa saya harus mampu menjadi pemimpin pembelajaran, mewujudkan kepemimpinan murid, menjadi Coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi, dan menggerakkan komunitas praktisi. 



4. Penerapan

Rencana Pengembangan diri yang akan saya lakukan mulai dari sekarang adalah 

a. Berpihak pada murid adalah bersikap among atau menuntun 

b. Mandiri adalah berinisiatif untuk bergerak dan memotivasi diri 

c. Reflektif adalah berpikir terbuka dan bertanya pada diri 

d. Kolaboratif adalah bekerjasama dengan komunitas praktisi 

e. Lebih Inovatif adalah menciptakan hal baru dan berani berkarya 

Selain itu saya akan mengikuti pelatihan-pelatihan atau seminar untuk meningkatkan kompetensi saya sebagai seorang pendidik. 







Senin, 13 Juni 2022

Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2 "Nilai dan Peran Guru Penggerak"



Pada bagian Demonstrasi Kontekstual, Calon Guru Penggerak (CGP) diajak untuk membayangkan 6 bulan ke depan, ketika Proses Pendidikan Guru Penggerak telah usai. CGP diminta membuat visi dan misi ke depan. Maka timbullah pertanyaan berikut dalam diri saya, 

Guru Penggerak seperti apakah saya?

Nilai-nilai apa yang saya kuasai di masa depan?

Mengapa nilai-nilai tersebut penting untuk saya?

Lalu untuk menjawab pertanyaan di atas, maka jawaban saya adalah setelah mengikuti Pendidikan Guru Penggerak,



a. Saya akan menjadi guru pengerak yang mampu mendorong tumbuh kembang murid secara holistik yaitu dengan berlandaskan  Profil Pelajar Pancasila. 

Guru Penggerak tidak terpaku dengan kurikulum yang ditentukan. Mereka juga melihat standar pencapaian Profil Pelajar Pancasila dan mencocokkan dengan metode pengajarannya

b. Saya akan mengajar dengan kreatif dan inovasi. 

Guru yang baik mampu menemukan metode yang tepat dalam penyampaian materi belajar,Melalui pembelajaran  dengan metode yang bermacam-macam sehingga tidak menimbulkan kebosanan siswa.

c. Saya akan menjadi teladan dan agen transformasi bagi ekosistem pendidikan. 

Guru Penggerak diharapkan menjadi teladan dan agen perubahan di dalam ekosistem pendidikan. Mereka harus mempunyai dampak lain selain perubahan positif di kelasnya sendiri. Guru Penggerak harus memberikan dampak kepada guru-guru lain serta dampak kepada sekolahnya. 



Nilai-nilai yang saya kuasai di masa depan adalah: Mandiri: Dapat berdiri sendiri atau tidak bergantung kepada orang lain; Reflektif: Membuka diri, evaluasi (evaluasi terhadap pembelajaran dan evaluasi bersama supervisor), pertimbangan aktif, cermat, menghubungkan, menyimpulkan, dan perbaikan; Kolaboratif: Melakukan kerja sama, komunikasi, dan ketergantungan positif; Inovatif: Memiliki ide-ide atau gagasan baru yang original; dan Berpihak pada Murid: Melihat potensi, minat, bakat, dan kebutuhan murid, guru sebagai fasiltator.






Nilai-nilai tersebut  penting untuk saya, karena berbicara tentang nilai dan peran guru penggerak tidak lepas dari sebuah capaian  harus mampu menerapkan prinsip- prinsip pengembangan dalam menggerakan sebuah perubahan diantaranya mampu merumuskan nilai-nilai diri yang selaras dengan upaya penumbuhan murid merdeka belajar akan tercapai, mampu menerapkan nilai-nilai Guru pengerak dalam menjalankan kegiatan pembelajaran, juga harus mampu membuat perubahan diri yang akan mendukung penguatan nilai dan peran guru. Sehingga nilai-nilai ini tidak dapat dipisahkan dan mampu menerapkan kelima nilai tersebut untuk menguatkan  peran guru pengerak  sebagai agen trasformasi pendidikan yaitu sebagai pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi Coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru, dan mewujudkan kepemimpinan murid. 



Semoga bermanfaat dan berikan saran serta komentar yang membangun untuk saya sebagai penulis. 

Salam Guru Penggerak 

Tergerak, bergerak, dan menggerakkan. 

Dan salam B2M2

Sabtu, 04 Juni 2022

Jurnal Refleksi Dwimingguan 1


Dalam jurnal Refleksi Dwimingguan 1 ini, saya menggunakan model 4F (Facts, Feelings, Findings, Future). 

Sabtu, 4 Juni 2022. Jurnal refleksi dwimingguan 1 oleh Mukhsinatul Badriyah, S.Si 

Guru adalah sebagai panutan atau suri tauladan bagi anak didiknya yang harus dicontoh, dihormati, dan diikuti segala keinginannya, akan tetapi tidak semua guru mempunyai pembelajaran yang bagus untuk muridnya tergantung dari guru tersebut, apakah aktif dalam kegiatan pembelajaran atau tidak, yang mana selama ini sebagian guru dalam pembelajarannya hanya berpusat pada guru. Saya saja juga sering menggunakan pembelajaran yang berpusat pada gurunya, karena melihat situasi anak-anak di sekolahan saya kalau disuruh belajar sendiri dan berliterasi sulitnya minta ampun, mereka maunya kita sebagai guru yang menerangkan, membacakan materinya, dan memberikan contoh dan pengerjaannya dll. Begitulah yang diinginkan anak didik di sekolahan saya. Jadi ya saya berusaha menuruti kemauan mereka dengan cara tersebut, lalu dalam benak saya dan juga pikiran saya, kalau cara mengajarnya tiap hari seperti ini, mereka tidak akan bisa berkembang, mandiri, tidak bisa mempunyai rasa tanggung jawab, akan tidak aktif, dan tidak bisa bernalar sesuai yang diharapkan pada kurikulum sekarang. Apakah saya sebagai pendidik akan terus mengajarnya seperti itu? Tentu tidak menurut saya. Saya harus bisa merubahnya. 

Jadi saya sebagai seorang pendidik untuk menyelesaikan masalah saya dalam Pembelajaran di kelas itu, saya mencoba mengikuti berbagai pelatihan atau workshop baik online maupun offline untuk meningkatkan kompetensi saya dalam pembelajaran. Selain itu untuk meningkatkan kompetensi saya dan merubah pembelajaran saya untuk lebih aktif dan menyenangkan bagi murid saya,  saya mencoba mendaftar calon guru penggerak, awalnya saya itu ragu, apakah aku nanti bisa lolos dalam calon guru penggerak ini padahal yang mendaftar sudah puluhan ribu. Waktu itu pengawas sekolah saya yang memotivasi saya untuk harus ikut dan pasti lolos, beliaunya bilang begitu dan tak lupa kepala sekolah saya juga mendukung, serta suami saya juga mendukung penuh, akan tetapi sebagian teman-teman saya bilang buat apa ikutan seperti itu bikin capek saja, tetapi saya bilang ke teman-teman saya, saya mengikuti guru penggerak juga tidak rugi nanti kan bisa dapat ilmu baru yang untuk memperbaiki pembelajaran saya. Akhirnya Bismillahirrohmanirrohim mantap sudah berarti saya harus daftar calon guru penggerak. Mulai tes dari tahap 1 sampai tahap 2 alhamdulillah saya lolos calon guru penggerak dan mengikuti pendidikan selama 6 bulan. Mulai awal pendidikan program guru penggerak adalah 18 Mei 2022 dengan Lokakarya perdana atau lokakarya orientasi pada tanggal 21 Mei 2022 di Aliante Hotel Malang. Dari mengikuti lokakarya orientasi tersebut, saya mendapatkan banyak ilmu baru yang sungguh luar biasa, suatu ilmu yang sangat diharapkan oleh Ki Hajar Dewantara pada pendidikan. Dimana guru atau pendidik itu harus mampu menuntun bukan menuntut anak, padahal selama ini kita sebagai guru banyak yang menuntut anak harus ini harus itu, padahal itu seharusnya tidak dianjurkan. Yang seharusnya adalah menuntun anak untuk menjadi lebih baik sesuai dengan kodratnya atau bisa dikatakan merdeka belajar. Yang berguna untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya terhadap anak didik kita, itu menurut tujuan pendidkan Ki Hajar Dewantara. Selain itu di lokakarya orientasi saya juga mendapatkan hal baru yaitu tentang membuat kesepakatan kelas, dimana dengan kesepakatan ini melatih anak untuk bisa bertanggung jawab dan disiplin dengan suatu hal yang sudah dibuat atau disepakati di kelas nya. Sungguh luar biasa pemikiran Ki Hajar Dewantara pada pendidikan. Kita sebagai pendidik ibarat seorang petani, dan siswanya sebagai benih-benih yang beraneka ragam. Jadi benih tersebut tergantung oleh petaninya meskipun ditanam di tanah gersang maupun subur akan tumbuh menjadi baik atau tidak. Begitu juga guru, apakah bisa menuntun anak didiknya menjadi lebih baik dengan watak anak didik yang beraneka macam. Jadi dengan mengikuti program pendidikan guru penggerak ini, bisa merubah diri saya sebagai guru untuk lebih aktif dan menuntun muridnya menjadi lebih baik serta harus mampu membuat pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. 


Awalnya perasaan saya sedih kalau melihat peristiwa yang saya alami, yang pembelajarannya berpusat pada guru, karena tidak bisa memberikan ruang belajar ke anak-anak didik kita untuk lebih aktif dan bernalar kritis. Tetapi setelah saya mengikuti pendidikan program guru penggerak, perasaan saya sungguh sangat luar biasa bahagianya, seperti kayak ada semangat baru yang menggebu-gebu karena nantinya bisa memotivasi saya untuk meningkatkan kompetensi pembelajaran saya menjadi lebih baik lagi. Dan disamping itu pula bisa merubah pembelajaran saya yang awalnya hanya berpusat pada guru, maka sekarang dan seterusnya pembelajaran akan berpusat pada siswa, guna melatih siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan bernalar kritis sehingga bisa memenuhi tantangan zaman abad 21 ini. Selain itu anak didik kita juga merasa senang dengan model pembelajaran yang akan saya ajarkan. Sebab sekarang tugas guru adalah menuntun anak didik kita menjadi lebih baik sesuai kodratnya. 


Pembelajaran yang saya dapatkan setelah mengikuti program guru penggerak dengan memahami modul 1.1 tentang Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara ini, guru harus sebagai agen perubahan, dimana perubahan yang dimaksud itu, guru harus mampu menuntun anak didiknya menjadi lebih baik sesuai kodrat keadaannya, dan juga mampu membentuk budi pekerti anak didik. Selain itu hikmahnya mengikuti pendidikan program guru penggerak ini, saya akan memberikan model pembelajaran yang aktif dan menyenangkan terhadap anak didik saya dengan berbagai macam inovasi pembelajaran agar mereka (anak didik) tidak bosan dan mudah memahaminya. Serta saya akan memasukkan permainan-permainan yang mendidik dalam proses pembelajaran saya. 


Harapan saya sebagai pendidik harus mampu merubah pembelajaran menjadi lebih baik, aktif, dan menyenangkan. Dengan pembelajaran seperti itu akan membuat anak didik kita antusias, senang dalam belajarnya, dan bisa tercapai kesuksesan yang diinginkan anak-anak tersebut. Kita sebagai guru jangan pernah berkata kasar, marah, ataupun menuntut pada anak didik kita jika pembelajaran kita berhasil dan sukses. Kita sebagai guru dituntut untuk lebih sabar dan menuntun anak didik kita menjadi lebih baik budi pekertinya. 


Adapun aksi nyata yang saya lakukan setelah saya mendapatkan ilmu baru dari pendidikan program guru penggerak ini, saya mencoba memahami materi yang akan saya ajarkan ke dalam bentuk lagu sehingga membantu anak untuk mengingat materi dan memahami materi yang saya ajarkan dan bisa membuat anak didik kita senang, disamping itu juga untuk mengetahui tingkat kemampuannya saya memberikan model pembelajaran kapal menyapa, dimana di dalam kapal tersebut ada satu pertanyaan dan satu jawaban yang diterbangkan bersama-sama dan tiap anak harus mendapatkan kapal tersebut. Dari situ kita sebagai pendidik bisa tahu sejauh mana anak didik memahami materi yang telah disampaikan. Dengan cara seperti ini mereka sangat antusias sekali, bersemangat belajar, dan aktif, tidak membosankan, serta bisa bernalar kritis. Saya berharap semoga anak didik saya sukses dan berhasil. Hasil pembelajaran yang saya dapatkan hari ini bisa membuat mereka senang, aktif, antusias, fokus, dan semangat adalah hal yang luar biasa. Salah satu dari anak didiknya saya yang bernama Wulan dari kelas XI MIPA memberikan testimoninya bahwa pembelajaran yang didapatkan hari ini sangat menyenangkan dan bisa dengan mudah memahami materinya karena metode pembelajarannya menyenangkan melalui permainan dan sebuah lagu. 














Jumat, 03 Juni 2022

REFLEKSI NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK MODUL 1.2



Trapesium usia saya, saya mengalami peristiwa negatif saat berumur 15 tahun yaitu pada saat SMP, sedangkan mengalami peristiwa positif pada saat berumur 17 tahun. Pada masa tersebut adalah masa proses kedewasaan yang akan terbentuk, di mana pada masa itu masih labil dan tidak bisa mengendalikan emosi. Saya kuliah atau sarjana berumur 25 tahun di UIN Malang dengan jurusan Matematika. Dan sekarang umur saya sudah 40 tahun pada masa usia aktif. Adapun selisih umur saya sekarang dengan peristiwa yang saya alami baik peristiwa positif maupun negatif adalah 40 - 15 = 25 tahun untuk peristiwa negatif dan 40 - 17 = 23 tahun untuk peristiwa positif. Serta menuju masa pensiun saya adalah sekitar umur 60 tahun ke atas. 


Adapun Refleksi dari trapesium usia saya adalah 

1. Peristiwa positif dan negatif yang saya tuliskan di trapesium usia adalah 

Peristiwa Negatif  : Pada saat SMP kelas 2, saya merasa tidak suka dengan guru bahasa indonesia, karena guru tersebut mencubit tangan saya apabila nilai yang saya peroleh 50 atau 50 ke bawah. Padahal saya sudah berusaha mengerjakan sesuai yang diinginkan oleh guru tersebut,  karena salah sedikit langkah maka menyebabkan nilai saya berkurang. Saya sampai sempat malu dan ketakutan waktu itu, karena hanya sekali itu saya mendapatkan nilai rendah. Guru tersebut sebenarnya maksudnya baik untuk meningkatkan nilai (mutu) dan memotivasi kami agar mata pelajaran bahasa indonesia berhasil dengan baik dan sukses, karena waktu itu mapel bahasa Indonesia masuk mapel EBTANAS. Namun dengan cara yang mencubitnya itu menurut saya tidak mendidik karena seperti menghukum anak, padahal anak-anak itu sudah berusaha mengerjakan, seharusnya diberi toleransi untuk memperbaiki lagi dan belajar lagi dan tidak dicubit meskipun mendapatkan nilai rendah. Kalau seumpama tidak mengerjakan itu bisa diberi pengertian dan pengarahan tetapi jangan dihukum fisik (dicubit) juga. Padahal sebelumnya nilai bahasa Indonesia saya selalu menjadi yang terbaik saat itu, hal tersebut yang terus membekas dalam hati saya.

Peristiwa Positif  : Pada saat SMA, saya sangat merasa senang sekali dengan mata pelajaran matematika yang merupakan pelajaran yang sulit, momok, dan tidak disukai oleh sebagian murid. Akan tetapi saya merasakan senang dan bersemangat membara saat jam pelajaran matematika. Karena salah satunya yang membuat saya menyukai mapel matematika itu adalah dari gurunya, guru matematika kami waktu itu orangnya sabar, telaten, menuntun, disiplin, memotivasi kami, menyampaikan materi dengan jelas dan mudah dipahami (gamblang), selalu ada poin nilai atau hadiah apabila bisa menyelesaikan soal yang diberikan, dan guru matematikasaya sangat menginspirasi saya. Sehingga dalam hati kecil saya, saya menginginkan menjadi guru matematika seperti guru matematika saya pada saat SMA. 

2. Selain saya, yang terlibat di dalam masing-masing peristiwa tersebut adalah 

Peristiwa Negatif = yang terlibat dalam peristiwa tersebut adalah guru yang berkaitan (guru bahasa Indonesia), teman-teman se kelas. 

Peristiwa Positif = yang terlibat dalam peristiwa tersebut adalah guru bahasa Indonesia, dan teman-teman se kelas.

 3. Dampak emosi yang saya rasakan hingga sekarang yaitu seperti yang digambarkan dalam roda emosi plutchik.

Peristiwa Negatif tersebut di masa lalu menimbulkan ketakutan, kesedihan, kekecewaan yang saya rasakan dan perasaan marah (kesal), rasa kecewa tersebut bercampur menjadi rasa benci dalam diri saya dengan guru bahasa Indonesia tersebut. Suatu ketika saya bertemu guru tersebut, dan beliaunya meminta saya untuk mengikuti lomba baca puisi, saya langsung menolaknya dan menghiraukannya padahal waktu itu saya memang suka membaca puisi tetapi tetap saya tolak karena peristiwa yang pernah saya alami sebelumnya. Perasaan benci dan kecewa tersebut sudah berusaha saya lupakan, walaupun guru tersebut sudah meminta maaf akan tetapi membekasnya masih teringat pada hati dan pikiran saya. Setelah beberapa tahun berjalan saya merasa muak dan bosan tidak ingin mengingatnya lagi. Saya sampai berpikiran dan berbicara pada diri saya bahwa kalau seumpama saya jadi guru, saya akan berlaku lebih telaten, menuntun, sabar, dan memotivasi murid saya.

Menjadi seorang guru memang bukan pekerjaan yang mudah, dan setiap manusia pasti pernah berbuat hal yang salah. Saya menyesal mengapa emosi saya dahulu begitu meluap-luap, mungkin karena pada saat itu, saya masih remaja yang tidak bisa mengontrol dan mengendalikan emosi saya. Padahal sebenarnya kalau saya ingat lagi peristiwa tersebut merupakan kekhilafan dari seorang guru dan guru juga manusia maka seharusnya kita saling memaafkan dan tidak perlu mengingat lagi keburukannya.

Peristiwa Positif di masa lalu tersebut menimbulkan perasaan nikmat di dalam hati dan  merasa gembira, senang, kangen ketika tiba jam mata pelajaran matematika, saya sangat bersemangat akan ketemu ibu guru matematika apalagi saat memberikan kuis yang harus segera dengan cepat diselesaikan dan bagi yang sudah selesai benar akan diberikan poin nilai. Hal seperti itu yang selalu saya rindukan dan tunggu-tunggu. Perasaan senang tersebut menimbulkan semangat baru dan tantangan untuk belajar saya dan akibatnya nilai matematika saya bertambah baik dan selalu terbaik di kelas saya waktu itu. Hal tersebut menimbulkan rasa kepuasan, kebahagiaan, dan ketentraman dalam batin saya.

4. Momen yang terjadi di masa sekolah masih dapat saya rasakan dan masih dapat memengaruhi diri saya di masa sekarang karena dengan adanya peristiwa tersebut memberikan saya banyak pelajaran. Hikmah yang dapat saya ambil saat ini sebagai guru, saya harus sabar, telaten, menuntun, dan memotivasi pada semua murid saya, tidak membeda-bedakan mereka, saya harus lebih pandai dalam mengontrol emosi, tidak mudah menjadi pembenci, pemarah, dan harus berjiwa besar. Hikmah yang lain adalah saya harus berusaha menjadi guru yang menginspirasi seperti guru matematika saya. Ternyata sosok guru yang seperti guru matematika saya itu dapat membuat mata pelajaran matematika yang sulit menjadi mudah dan menyenangkan. Dengan semangat membara dalam mengajar yang ditunjukkannya,  penjelasan yang jelas, mudah dipahami, dan gamblang, teknik mengajar yang selalu memotivasi, penyabar dan disiplin sosoknya. Sosok semua itu yang dimiliki atau tercermin pada guru matematika SMA saya.

5. Pelajaran hidup yang saya peroleh dari kegiatan trapesium usia dan roda emosi, terkait peran saya sebagai guru terhadap peserta didik adalah pada saat peristiwa positif dan negatif tersebut terjadi, saat itu saya berperan sebagai seorang murid remaja yang saat itu masih labil emosinya (belum bisa mengendalikan emosinya). Garis naik dalam trapesium usia menjelaskan bahwa perkembangan emosi kita saat itu juga masih dalam tahap proses menuju kesempurnaan, dalam berproses tentu saja banyak terjadi penyimpangan seperti timbulnya rasa benci, marah, dan kecewa. Juga peristiwa positif yang terjadi di masa lalu memberikan penguatan positif dan melahirkan inspirasi baru bagi hidup saya saat ini yang mencapai tahap mendatar dalam trapesium usia, saat ini saya lebih pandai dalam mengontrol emosi (mengendalikan emosi saya) dan lebih banyak merenungkan peristiwa di masa lalu untuk diambil pelajarannya untuk masa kini. Hikmah yang dapat saya ambil dari kejadian atau peristiwa sebelumnya untuk saat ini sebagai guru adalah saya berusaha berlaku sabar, telaten, menuntun, disiplin pada semua murid, saya berusaha tidak membeda-bedakan murid apapun alasannya, saya berusaha lebih pandai dalam mengontrol emosi (mengendalikan emosi saya) yang tidak mudah menjadi pembenci, saya berusaha berjiwa besar dan mudah memaafkan, saya berusaha menjadi guru yang menginspirasi siswa, dan saya akan lebih bersemangat dalam mendidik siswa-siswa saya, serta saya akan berusaha menyampaikan materi pembelajaran dengan jelas dan mudah dipahami oleh siswa. 

6. Nilai-nilai yang saya yakini sebagai seorang Guru, dalam 1 atau 2 kalimat menggunakan kata-kata: "guru", "murid", "belajar", "makna", "peran" adalah

“Seorang guru hebat harus mampu menginspirasi, menuntun dengan telaten, dan membangun motivasi yang bermakna untuk melahirkan murid yang merdeka belajar sehingga merdeka lahir batinnya, serta menjadi teladan bagi murid-muridnya.” 


Sedangkan nilai dan peran guru penggerak menurut saya adalah 

1. Nilai-nilai dalam diri saya yang membantu saya menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah saya adalah nilai ketelatenan, kesabaran, semangat belajar yang tinggi, semangat juang yang membara, keteladanan, toleransi yang tinggi, kedisiplinan, tanggung jawab, berusaha tepat waktu, dan kebijaksanaan. 

2. Peran yang selama ini saya mainkan dalam menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah saya adalah Saya berperan dalam kegiatan apapun di sekolah saya, menggerakkan orang lain harus diawali dengan menggerakkan dari hati dan diri kita. Karena ketika hati kita tergerak maka seluruh badan kita akan ikut bergerak juga. Tidak banyak peran saya dalam menggerakkan orang lain. Saya sebagai salah satu guru senior harus mampu memberi contoh ke guru lain dalam hal menjaga etika maupun peningkatan proses kegiatan pembelajaran di kelas dengan memberikan inovasi dan strategi pembelajaran yang aktif menyenangkan. Saya berperan sebagai wali kelas harus mampu menggerakkan murid-murid saya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Saya sebagai sekretaris IGI harus mampu menggerakkan teman rekan saya aktif mengikuti berbagai pelatihan atau workshop guna untuk meningkatkan kompetensinya sebagai pendidik. Saya berperan sebagai pengurus MGMP juga harus bisa menggerakkan teman rekan saya aktif dalam kegiatan organisasi dan kolaborasi dengan reman guru-guru hebat dalam meningkatkan kompetensinya, serta aktif belajar melalui pelatihan-pelatihan atau workshop.


Semoga bermanfaat refleksi nilai dan peran guru penggerak yang saya buat ini. Mohon kritik dan sarannya. 

Salam dan Bahagia.. 

Semangat calon guru penggerak angkatan 5 kab. Malang 


Selasa, 31 Mei 2022

Koneksi Antar Materi Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1

 

 



Ki Hajar Dewantara adalah pelopor pendidikan, pendobrak radikal pembaharuan pendidikan. Karena itu pendidikan yang ada hanya untuk golongan tertentu saja, namun dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara menginginkan pendidikan yang dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia dan gebrakan yang beliau lakukan kemudian beliau dijuluki sebagai Bapak Pendidikan Nasional.

Gebrakan yang beliau lakukan adalah dengan mendirikan taman siswa. Taman siswa bertujuan untuk memberikan kesempatan dan hak pendidikan yang sama bagi rakyat pri bumi Negara Indonesia seperti yang dimiliki para priyayi dan orang-orang Belanda. Taman berarti tempat bermain yang menyuguhkan keindahan, jadi di sini pendidikan sebagai tempat pembelajaran yang menyenangkan bagi anak.

Adapun tujuan pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat.

Dengan semboyan yang diutarakan Ki Hajar Dewantara adalah Ing ngarso sung tulodho (di depan memberi suri tauladan atau contoh), ing madyo mangun karso (di tengah memberi semangat), dan tut wuri handayani (dari belakang memberikan dorongan). Dari semboyan inilah semboyan tut wuri handayani dijadikan semboyan pendidikan bangsa, yang mana berarti seorang pendidik dari belakang memberikan dorongan kepada anak di dalam pembelajaran.

Pendidikan sejatinya adalah memerdekakan manusia, bebas dari segala ikatan dan tekanan tentunya pendidikan berhamba pada anak, ini diartikan pendidikan berorientasi pada anak atau berpusat pada anak. Pendidikan memberikan pelayanan pada anak dengan memperhatikan harkat dan martabat pendidik.

Pendidikan diibaratkan sebagai persemaian berbagai macam benih, guru diibaratkan sebagai petani yang merawat benih dan murid diibaratkan sebagai benih yang beragam untuk ditanam. Jadi dapat disimpulkan bahwa di dalam dunia pendidikan, semakin bagus pendidik dalam memberikan pelayanan kepada murid, semakin bagus hasil potensi dari anak, meskipun murid itu bukan merupakan benih yang baik.

Pendidikan adalah landasan atau prinsip pendidikan yang bertautan dan bergabung menjadi satu kesatuan seperti tata surya yang tercipta di alam semesta. Ki Hajar Dewantara mengenalkan asas tri kon yaitu kontinu berarti terus menerus dan berkesinambungan, konvergen berarti adanya perpaduan, dan konsentris berarti adanya penyatuan atau terpusat. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan berlangsung terus menerus dan berkesinambungan, adanya perpaduan antara pendidikan local dengan pendidikan luar akan menambah nilai pendidikan kita miliki akan tetapi tetap pendidikan harus berpusat pada pendidikan nasional yang berdasar pada pancasila.

Intisari dari pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah budi pekerti. Budi terbagi dari Cipta (menanamkan pikiran), Rasa (memperhalus perasaan), dan Karsa (memperkuat kemauan), sedangkan pekerti adalah tenaga yang artinya menyehatkan jasmani atau raga. Keselarasan budi pekerti nantinya akan menciptakan sebuah Karya. Budi pekerti dibentuk di alam keluarga, karena alam keluarga menjadi tempat utama dan paling baik untuk melatih pendidikan sosial dan karakter baik bagi anak. 

Perubahan pendidikan berkaitan dengan budi pekerti anak namun perlu di ingat kembali bahwa pendidkan haruslah berdasarkan pada kodrat keadaan anak yaitu kodrat alam (berkaitan dengan keadaan yang dimiliki oleh anak baik berupa tempat tinggal maupun lingkungan sekitar) dan kodrat zaman (berkaitan dengan masa atau waktu yang dilewati oleh anak). 

Dari aspek budi pekerti dan kodrat yang dimiliki anak menjadi bagian terpenting dalam hal pendidikan. 

Hasil yang didapatkan dalam pendidikan sesuai pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah pendidikan yang menyeluruh dan seimbang akan menciptakan budi pekerti dan budi pekerti akan mewujudkan suatu kebijaksanaan yang mendukung potensi anak untuk dapat bertumbuh kembang secara mandiri sesuai dengan kodratnya.


Koneksi Antar Materi Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1

Saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum saya mempelajari modul 1.1 adalah: (1) Pembelajaran lebih berpusat pada guru (teacher center). Sebelum saya mempelajari modul 1.1, saya sangat mempercayai bahwa pembelajaran itu pusatnya adalah pada guru, guru memberikan segalanya kepada siswa tanpa memperdulikan apapun, jadi guru adalah pusat dari segala pembelajaran. (2) Mengutamakan kemampuan kognitif dan kurang memperhatikan karakteristik setiap anak. Jadi awalnya sebelum saya mempelajari ini, saya berfikir bahwa mengajar itu hanya memberikan kemampuan pengetahuan saja atau kognitif karena saya kurang memperhatikan karakteristik setiap anak. Di dalam satu kelas itu adalah memiliki karakter yang berbeda-beda tetapi saya berikan satu titik saja yaitu kemampuan kognitif. (3) Ada batasan hubungan interaksi antara guru dan murid. Jadi seperti di awal tadi hubungannya antara guru dan siswa kurang terkoneksi dengan baik, hanya guru saja yang memberikan ilmunya, mentransfer ilmunya tanpa memperhatikan anak tetrsebut.


Yang berubah dari pemikiran atau perilaku saya setelah pembelajaran modul 1.1 sesuai permasalahan saya tadi adalah (1) Pendidik itu menuntun dan pendidik harus bisa mengembangkan minat dan bakat anak sesuai kodrat anak, Pendidikan harus sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman, Pendidikan dan kebudayaan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan menjadi satu kesatuan. (2) Pembelajaran berpusat pada siswa, karena setiap anak unik dan istimewa. (3) Hakikatnya mengarahkan potensi anak yang di anugrahkan Tuhan YME, supaya mencapai keselamatan dan kebahagiaan. (4) Pendidikan yang mengarahkan pada cipta, karsa, dan karya. (5) Dunia anak adalah dunia permainan sehingga pembelajaran harus menyenangkan dan memerdekakan anak dan memberikan kebebasan pada anak yang kita kenal sebagai kurikulum merdeka. Memberikan kebebasan kepada anak tetapi kita harus siap menuntun anak tersebut sehingga tidak keluar dari norma-norma pendidikan itu sendiri. (6) Pendidik sebagai pamong memposisikan diri sebagai orang tua kandung murid (pendidik dan murid ibarat sebuah keluarga) sehingga kita bisa lebih enak, lebih mudah dalam memahami siswa apa kemampuan siswa, apa yang dimiliki oleh siswa kita bisa kembangkan lebih baik lagi karena kita sebagai fasilitator bagi anak. (7) Pendidikan dan Kebudayaan itu berjalan beriringan tidak bisa dipisahkan. (8) Profil pelajar Pancasila harus kita wujudkan. 

(9) Pendidikan secara holistik dan divergen terhadap pontensi peserta didik baik IQ, EQ dan SQ. (10) Guru sebagai Agent of change harus mengambil peran dalam transformasi pendidikan (sesuai kodrat zaman) dan (11) Menciptakan student wellbeing , teacher wellbeing, kemudian juga mengarah ke 6cs (Kecakapan pendidik dan peserta didik di era society 5.0)


Yang segera saya terapkan lebih baik agar kelas saya mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah: (1) Pembelajaran berpusat pada siswa dan memahami karakteristik setiap siswa jadi tidak harus sebagai teacher center, guru bukan satu-satunya sumber yang bias didapatkan oleh anak, anak bias mencari di berbagai sumber untuk mendapatkan ilmunya. (2) Dalam pembelajaran menyisipkan nilai-nilai kebudayaan local. Dalam hal ini karena saya CGP Angkatan 5 Kabupaten Malang, maka saya akan menyisipkan nilai-nilai kebudayaan local yamg khususnya di kabupaten Malang. (3) Memperbanyak permainan dalam pembelajaran agar tercipta pembelajaran yang menyenangkan, dalam hal ini permainan bias berupa metode, model-model pembelajaran atau yang paling tepat adalah menggunakan media pembelajaran yang menyenangkan, sehingga kelas tersebut bias menjadi kelas yang menyenangkan sehingga anak-anak lebih mudah dalam menangkap sebuah pembelajaran.  Karena dengan permainan dapat menumbuhkan berpikir kritis dan problem solving. (4) Memposisikan diri sebagai orang tua murid, dan anak didik sebagai anak kandung sehingga hubungan kami semakin dekat dan lebih terbuka. Inilah yang menjadikan kita akan lebih dekat, lebih mudah untuk memahami siswa, siswapun tidak takut untuk mempresentasikan, untuk mengungkapkan, untuk memberikan sebuah ide-idenya karena mereka lebih dekat dengan kita. (5) Mewujudkan profil pelajar Pancasila. (7) Pendidikan secara holistik dan divergen terhadap pontensi peserta didik baik IQ, EQ dan SQ sehingga Guru sebagai Agent of change harus mengambil peran dalam transformasi pendidikan (sesuai kodrat zaman). (8) Menciptakan student wellbeing , teacher wellbeing, kemudian juga mengarah ke 6cs (Kecakapan pendidik dan peserta didik di era society 5.0) dan (9) mewujudkan pembelajaran berdiferensiasi. 


Bapak dan ibu yang saya hormati, itulah paparan saya mengenai kesimpulan dan refleksi setelah saya mempelajari modul 1.1.

Terima kasih dan semoga bermanfaat. 




Senin, 30 Mei 2022

Demonstrasi Kontekstual Modul 1.1 melalui Infografis

Dalam memahami Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara bisa melalui Infografis. Digambarkan dan dijabarkan melalui Infografis ini, akan menjadi semakin paham dan mengerti tentang Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara pada Pendidikan.


Semoga Infografis Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara pada Pendidikan ini bermanfaat. 


REFLEKSI PEMBELAJARAN TERHADAP ANAK ISTIMEWA

Senin, 5 September 2022  Refleksi Pembelajaran Matematika di SMAS Islam Al-Hikmah Bululawang oleh Mukhsinatul Badriyah, S.Si.  Sekolah saya ...