Jumat, 03 Juni 2022

REFLEKSI NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK MODUL 1.2



Trapesium usia saya, saya mengalami peristiwa negatif saat berumur 15 tahun yaitu pada saat SMP, sedangkan mengalami peristiwa positif pada saat berumur 17 tahun. Pada masa tersebut adalah masa proses kedewasaan yang akan terbentuk, di mana pada masa itu masih labil dan tidak bisa mengendalikan emosi. Saya kuliah atau sarjana berumur 25 tahun di UIN Malang dengan jurusan Matematika. Dan sekarang umur saya sudah 40 tahun pada masa usia aktif. Adapun selisih umur saya sekarang dengan peristiwa yang saya alami baik peristiwa positif maupun negatif adalah 40 - 15 = 25 tahun untuk peristiwa negatif dan 40 - 17 = 23 tahun untuk peristiwa positif. Serta menuju masa pensiun saya adalah sekitar umur 60 tahun ke atas. 


Adapun Refleksi dari trapesium usia saya adalah 

1. Peristiwa positif dan negatif yang saya tuliskan di trapesium usia adalah 

Peristiwa Negatif  : Pada saat SMP kelas 2, saya merasa tidak suka dengan guru bahasa indonesia, karena guru tersebut mencubit tangan saya apabila nilai yang saya peroleh 50 atau 50 ke bawah. Padahal saya sudah berusaha mengerjakan sesuai yang diinginkan oleh guru tersebut,  karena salah sedikit langkah maka menyebabkan nilai saya berkurang. Saya sampai sempat malu dan ketakutan waktu itu, karena hanya sekali itu saya mendapatkan nilai rendah. Guru tersebut sebenarnya maksudnya baik untuk meningkatkan nilai (mutu) dan memotivasi kami agar mata pelajaran bahasa indonesia berhasil dengan baik dan sukses, karena waktu itu mapel bahasa Indonesia masuk mapel EBTANAS. Namun dengan cara yang mencubitnya itu menurut saya tidak mendidik karena seperti menghukum anak, padahal anak-anak itu sudah berusaha mengerjakan, seharusnya diberi toleransi untuk memperbaiki lagi dan belajar lagi dan tidak dicubit meskipun mendapatkan nilai rendah. Kalau seumpama tidak mengerjakan itu bisa diberi pengertian dan pengarahan tetapi jangan dihukum fisik (dicubit) juga. Padahal sebelumnya nilai bahasa Indonesia saya selalu menjadi yang terbaik saat itu, hal tersebut yang terus membekas dalam hati saya.

Peristiwa Positif  : Pada saat SMA, saya sangat merasa senang sekali dengan mata pelajaran matematika yang merupakan pelajaran yang sulit, momok, dan tidak disukai oleh sebagian murid. Akan tetapi saya merasakan senang dan bersemangat membara saat jam pelajaran matematika. Karena salah satunya yang membuat saya menyukai mapel matematika itu adalah dari gurunya, guru matematika kami waktu itu orangnya sabar, telaten, menuntun, disiplin, memotivasi kami, menyampaikan materi dengan jelas dan mudah dipahami (gamblang), selalu ada poin nilai atau hadiah apabila bisa menyelesaikan soal yang diberikan, dan guru matematikasaya sangat menginspirasi saya. Sehingga dalam hati kecil saya, saya menginginkan menjadi guru matematika seperti guru matematika saya pada saat SMA. 

2. Selain saya, yang terlibat di dalam masing-masing peristiwa tersebut adalah 

Peristiwa Negatif = yang terlibat dalam peristiwa tersebut adalah guru yang berkaitan (guru bahasa Indonesia), teman-teman se kelas. 

Peristiwa Positif = yang terlibat dalam peristiwa tersebut adalah guru bahasa Indonesia, dan teman-teman se kelas.

 3. Dampak emosi yang saya rasakan hingga sekarang yaitu seperti yang digambarkan dalam roda emosi plutchik.

Peristiwa Negatif tersebut di masa lalu menimbulkan ketakutan, kesedihan, kekecewaan yang saya rasakan dan perasaan marah (kesal), rasa kecewa tersebut bercampur menjadi rasa benci dalam diri saya dengan guru bahasa Indonesia tersebut. Suatu ketika saya bertemu guru tersebut, dan beliaunya meminta saya untuk mengikuti lomba baca puisi, saya langsung menolaknya dan menghiraukannya padahal waktu itu saya memang suka membaca puisi tetapi tetap saya tolak karena peristiwa yang pernah saya alami sebelumnya. Perasaan benci dan kecewa tersebut sudah berusaha saya lupakan, walaupun guru tersebut sudah meminta maaf akan tetapi membekasnya masih teringat pada hati dan pikiran saya. Setelah beberapa tahun berjalan saya merasa muak dan bosan tidak ingin mengingatnya lagi. Saya sampai berpikiran dan berbicara pada diri saya bahwa kalau seumpama saya jadi guru, saya akan berlaku lebih telaten, menuntun, sabar, dan memotivasi murid saya.

Menjadi seorang guru memang bukan pekerjaan yang mudah, dan setiap manusia pasti pernah berbuat hal yang salah. Saya menyesal mengapa emosi saya dahulu begitu meluap-luap, mungkin karena pada saat itu, saya masih remaja yang tidak bisa mengontrol dan mengendalikan emosi saya. Padahal sebenarnya kalau saya ingat lagi peristiwa tersebut merupakan kekhilafan dari seorang guru dan guru juga manusia maka seharusnya kita saling memaafkan dan tidak perlu mengingat lagi keburukannya.

Peristiwa Positif di masa lalu tersebut menimbulkan perasaan nikmat di dalam hati dan  merasa gembira, senang, kangen ketika tiba jam mata pelajaran matematika, saya sangat bersemangat akan ketemu ibu guru matematika apalagi saat memberikan kuis yang harus segera dengan cepat diselesaikan dan bagi yang sudah selesai benar akan diberikan poin nilai. Hal seperti itu yang selalu saya rindukan dan tunggu-tunggu. Perasaan senang tersebut menimbulkan semangat baru dan tantangan untuk belajar saya dan akibatnya nilai matematika saya bertambah baik dan selalu terbaik di kelas saya waktu itu. Hal tersebut menimbulkan rasa kepuasan, kebahagiaan, dan ketentraman dalam batin saya.

4. Momen yang terjadi di masa sekolah masih dapat saya rasakan dan masih dapat memengaruhi diri saya di masa sekarang karena dengan adanya peristiwa tersebut memberikan saya banyak pelajaran. Hikmah yang dapat saya ambil saat ini sebagai guru, saya harus sabar, telaten, menuntun, dan memotivasi pada semua murid saya, tidak membeda-bedakan mereka, saya harus lebih pandai dalam mengontrol emosi, tidak mudah menjadi pembenci, pemarah, dan harus berjiwa besar. Hikmah yang lain adalah saya harus berusaha menjadi guru yang menginspirasi seperti guru matematika saya. Ternyata sosok guru yang seperti guru matematika saya itu dapat membuat mata pelajaran matematika yang sulit menjadi mudah dan menyenangkan. Dengan semangat membara dalam mengajar yang ditunjukkannya,  penjelasan yang jelas, mudah dipahami, dan gamblang, teknik mengajar yang selalu memotivasi, penyabar dan disiplin sosoknya. Sosok semua itu yang dimiliki atau tercermin pada guru matematika SMA saya.

5. Pelajaran hidup yang saya peroleh dari kegiatan trapesium usia dan roda emosi, terkait peran saya sebagai guru terhadap peserta didik adalah pada saat peristiwa positif dan negatif tersebut terjadi, saat itu saya berperan sebagai seorang murid remaja yang saat itu masih labil emosinya (belum bisa mengendalikan emosinya). Garis naik dalam trapesium usia menjelaskan bahwa perkembangan emosi kita saat itu juga masih dalam tahap proses menuju kesempurnaan, dalam berproses tentu saja banyak terjadi penyimpangan seperti timbulnya rasa benci, marah, dan kecewa. Juga peristiwa positif yang terjadi di masa lalu memberikan penguatan positif dan melahirkan inspirasi baru bagi hidup saya saat ini yang mencapai tahap mendatar dalam trapesium usia, saat ini saya lebih pandai dalam mengontrol emosi (mengendalikan emosi saya) dan lebih banyak merenungkan peristiwa di masa lalu untuk diambil pelajarannya untuk masa kini. Hikmah yang dapat saya ambil dari kejadian atau peristiwa sebelumnya untuk saat ini sebagai guru adalah saya berusaha berlaku sabar, telaten, menuntun, disiplin pada semua murid, saya berusaha tidak membeda-bedakan murid apapun alasannya, saya berusaha lebih pandai dalam mengontrol emosi (mengendalikan emosi saya) yang tidak mudah menjadi pembenci, saya berusaha berjiwa besar dan mudah memaafkan, saya berusaha menjadi guru yang menginspirasi siswa, dan saya akan lebih bersemangat dalam mendidik siswa-siswa saya, serta saya akan berusaha menyampaikan materi pembelajaran dengan jelas dan mudah dipahami oleh siswa. 

6. Nilai-nilai yang saya yakini sebagai seorang Guru, dalam 1 atau 2 kalimat menggunakan kata-kata: "guru", "murid", "belajar", "makna", "peran" adalah

“Seorang guru hebat harus mampu menginspirasi, menuntun dengan telaten, dan membangun motivasi yang bermakna untuk melahirkan murid yang merdeka belajar sehingga merdeka lahir batinnya, serta menjadi teladan bagi murid-muridnya.” 


Sedangkan nilai dan peran guru penggerak menurut saya adalah 

1. Nilai-nilai dalam diri saya yang membantu saya menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah saya adalah nilai ketelatenan, kesabaran, semangat belajar yang tinggi, semangat juang yang membara, keteladanan, toleransi yang tinggi, kedisiplinan, tanggung jawab, berusaha tepat waktu, dan kebijaksanaan. 

2. Peran yang selama ini saya mainkan dalam menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah saya adalah Saya berperan dalam kegiatan apapun di sekolah saya, menggerakkan orang lain harus diawali dengan menggerakkan dari hati dan diri kita. Karena ketika hati kita tergerak maka seluruh badan kita akan ikut bergerak juga. Tidak banyak peran saya dalam menggerakkan orang lain. Saya sebagai salah satu guru senior harus mampu memberi contoh ke guru lain dalam hal menjaga etika maupun peningkatan proses kegiatan pembelajaran di kelas dengan memberikan inovasi dan strategi pembelajaran yang aktif menyenangkan. Saya berperan sebagai wali kelas harus mampu menggerakkan murid-murid saya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Saya sebagai sekretaris IGI harus mampu menggerakkan teman rekan saya aktif mengikuti berbagai pelatihan atau workshop guna untuk meningkatkan kompetensinya sebagai pendidik. Saya berperan sebagai pengurus MGMP juga harus bisa menggerakkan teman rekan saya aktif dalam kegiatan organisasi dan kolaborasi dengan reman guru-guru hebat dalam meningkatkan kompetensinya, serta aktif belajar melalui pelatihan-pelatihan atau workshop.


Semoga bermanfaat refleksi nilai dan peran guru penggerak yang saya buat ini. Mohon kritik dan sarannya. 

Salam dan Bahagia.. 

Semangat calon guru penggerak angkatan 5 kab. Malang 


0 komentar:

Posting Komentar

REFLEKSI PEMBELAJARAN TERHADAP ANAK ISTIMEWA

Senin, 5 September 2022  Refleksi Pembelajaran Matematika di SMAS Islam Al-Hikmah Bululawang oleh Mukhsinatul Badriyah, S.Si.  Sekolah saya ...